Bersama Istri, Gubernur Bersertifikat Ahlak Mulia pun Kena OTT, Masih Ingin Teriak Recehan?
Loading...
Loading...
Beberapa hari yang lalu, sebuah foto dari seorang oknum pegawai kejaksaan memegang tulisan “Kami terus bekerja walau anggaran terbatas, kami tetap semangat walau tanpa pencitraan. Kinerja kami jangan kamu hancurkan dengan #OTTRecehan,” viral. Tulisan itu adalah reaksi atas kasus OTT yang menimpa pejabat Kejaksaan Bengkulu oleh KPK.
Hari ini, di daerah yang sama, KPK kembali bereaksi. Kali ini, hasil tangkapannya tak bisa lagi dikategorikan recehan, jika melihat bukti uang yang diambil bersama saat istri Ridwan Mukti diringkus bersama rekanan pengusaha kontraktor. Di tempat berbeda, sang istri, Lily Maddari dan para kontraktor, Gubernur Bengkulu Ridwan Mukti tertangkap tangan oleh KPK dengan barang bukti uang di dalam kardus yang diperkirakan sebesar 1 miliar rupiah. (kompas.com, 20/06/2017)
Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh KPK dilakukan di rumah pribadi di Kelurahan Sidomulyo, Kota Bengkulu sekitar pukul 10.30 Wib, saat Lily sedang menerima tamu pengusaha tersebut. Lily kemudian dibawa langsung ke Markas Polda Bengkulu bersama dua orang pengusaha kontraktor. Tak lama berselang, Gubernur Ridwan Mukti menyusul ke Markas Polda Bengkulu. (tempo.co 20/06/2017)
Reputasi Lily yang Politisi dan Mantan Pengusaha
Sebelum mendampingi suaminya memimpin Bumi Rafflesia Bengkulu, Lily Martiani Maddari pernah menduduki kursi anggota DPRD Provinsi Sumatera Selatan. Dengan jabatan itu, tentu, seluk-beluk urusan proyek, sudah matang dalam mengiring karir politiknya.
Apalagi, Lily Martiani juga punya riwayat pengusaha sebelum masuk ke jalur politik. Maka, lengkaplah sudah. Sebelum memasuki dunia politik dan berhasil menjadi tokoh penting partai Golkar di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, Lily sudah lebih dulu dikenal sebagai pengusaha. (tempo.co 20/06/2017)
Pengalamannya selama menjadi pengusaha, praktis telah membawanya bersentuhan dengan para pejabat dan politisi dalam hal urusan proyek. Segala lika-liku pengaturan dan bagi-bagi proyek saat menjadi pengusaha menjadi bekal yang berharga saat memasuki dunia politik. Tentu, peta pengaturan proyek dan pihak-pihak yang dilibatkan sudah dihapalnya dengan baik.
Naas baginya, kali ini ia tak beruntung berkat kerja keras KPK. Segala bangunan citra elit politik dan pejabat publik yang disandangnya di Bengkulu seketika luluh, jatuh ke titik paling memalukan.
Sarang Koruptor
Pada Jumat dua pekan lalu, 9 Juni, KPK juga melakukan OTT di Bengkulu. Saat itu, KPK menangkap seorang oknum jaksa bernama Parlin Purba yang menjabat sebagai Kasi III Intel di Kejati Bengkulu. Pejabat Kejaksaan itu ditangkap KPK bersama 2 orang lainnya yaitu Amin Anwari dan Murni Suhardi. Oleh KPK, Parlin diduga menerima suap dari Amin dan Murni berkaitan dengan pengumpulan data dan bahan keterangan serta proyek-proyek yang ada di Balai Wilayah Sungai Sumatera VII Bengkulu. (detik.com, 14/06/2017)
Dalih uang recehan lalu dijadikan bahan pembelaan oleh oknum pejabat kejaksaan. Mereka ingin mengesankan bahwa KPK terlalu sibuk mengurus uang kecil, yang bagi sebagian watak pejabat itu sudah dianggap biasa, semacam pelumas untuk mulusnya sebuah proyek.
Tapi, KPK dilahirkan bukan untuk dijadikan sebagai mesin pencari uang. KPK tak menarget uang. Visi pembentukan KPK adalah bagaimana membersihkan birokrasi dari sindikasi korupsi yang telah lama menggerogoti pemerintahan dari level paling tinggi hingga tingkat paling bawah.
Ironi Gubernur Berakhlak Mulia
Sayang sekali, ketika menyaksikan sang gubernur digiring oleh para penyidik KPK. Orang yang justru memiliki reputasi mentereng untuk urusan kinerja pemerintahan. Setidaknya, Ridwan Mukti, telah memperoleh sejumlah penghargaan yang ciamik, diantaranya:
– Citra Pelayanan Prima Aparatur Negara RI (2006);
– Penghargaan ‘Akhlak Mulia” tahun 2007
– Penghargaan dari Presiden RI terhadap Peningkatan Produksi Beras di atas 5 % (2008);
– Satya Lencana Wirakarya Pembangunan Pertanian (2008);
– Penghargaan meretas Daerah Tertinggal (2008); dan
– Penghargaan program Peningkatan Beras Nasional dan Ketahanan Pangan (2008) (source)
Yang paling mengagumkan adalah penghargaan ‘Akhlak Mulia” tahun 2007. Gubernur Bengkulu ini memiliki reputasi yang mentereng bukan hanya soal pelaksanaan pembangunan, sesuatu yang selama ini dianggap sebagai syarat utama untuk mengukur moralitas seseroang, yakni akhlak mulia. Ya, Sang Gubernur meraih predikat terhormat itu. Entah apa kriteria ahlak mulia yang telah disematkan ke sosok nomor satu di Bengkulu itu, yang kini harus berurusan dengan KPK bersama sang istri tercinta.
Karena terlanjur berakhlak mulia, mungkin esok hari kita akan mendengarkan pembelaan sang gubernur berbunyi: “ini adalah cobaan”, atau “ini belum tentu benar”, atau yang lebih mengharukan, “saya difitnah, kasihan keluarga saya.”
Untuk oknum pegawai kejaksaan yang membela koruptor, masih berani teriak recehan?
0 Response to "Bersama Istri, Gubernur Bersertifikat Ahlak Mulia pun Kena OTT, Masih Ingin Teriak Recehan?"
Posting Komentar