Semua Manusia Punya Kewarganegaraan, Paspor Zakir Naik Dicabut, Artinya…
Loading...
Loading...
Melihat respons dunia di dalam menghadapi ajaran fundamentalisme dan radikalisme, tentu kita harus bersyukur bahwa ada kesatuan visi di dalam menghadapi ajaran-ajaran agama yang ternyata berisi bom waktu di dalamnya. Pemerintah india hari ini memutuskan untuk mencabut paspor ulama yang terkenal sebagai pendukung terorisme, Zakir Naik, sesuai dengan rekomendasi National Investigation Agency (NIA).
Dengan pencabutan paspor tersebut, otomatis KTP Zakir Naik pun sudah tidak ada gunanya. Pencegahan ini dilakukan oleh pemerintah untuk menekan tingkat pelanggaran hukum dikarenakan aksi teror. Dengan pencabutan tersebut, Zakir Naik sekarang sudah tidak memiliki kewarganegaraan.
Lantas dimanakah ia sekarang? Jujur saja, saya tidak tahu, namun jikalau ia berada di India, negara tersebut akan menjadi penjaranya, karena ia tidak bisa kemana-mana lagi. Sudah lama NIA menguntit dan menyelidiki aktivitas-aktivitas Zakir Naik yang diduga mendorong para pemuda untuk melakukan aksi teror. Dengan demikian, pemikiran radikal dan garis keras mengenai agama Islam pun sudah ditekan begitu rupa.
Selama ini Zakir Naik berpergian ke beberapa tempat seperti Arab Saudi, Malaysia, Indonesia, dan beberapa negara lain. Dengan pencabutan paspor Zakir Naik, NIA pun berkonsolidasi dengan Interpol untuk menerbitkan ‘red notice’ terhadap Zakir Naik.
Artinya, ia sekarang resmi menjadi buronan. Jelas sekali bahwa ulama penebar pemikiran radikal dan ekstrim ini harus segera ditangkap oleh kepolisian. Yayasan Zakir Naik di bidang media, yakni Peace TV yang sama sekali tidak menebarkan Peace sama sekali, dibubarkan oleh pemerintah India.
Awalnya saya berpikir hanya Indonesia yang berperang terhadap terorisme di Asia. Ternyata bukan hanya Indonesia, bahkan negara-negara di Asia, dan seluruh dunia sudah menghantam telak aksi terorisme, atau dukungan terhadap terorisme. Setiap aksi-aksi ini sebenarnya tidak mencerminkan agama. Nahdlatul Ulama yang merupakan perwakilan Islam Nusantara, mengecam aksi-aksi terorisme yang mengatasnamakan agama Islam.
Aksi terorisme yang dibalut dengan agama, merupakan senjata pemusnah yang cukup efektif. Tidak bisa satu negara berjuang sendirian. Kerjasama antar negara pun harus dikerjakan dengan baik. Zakir Naik ternyata bukan orang yang miskin, ia memiliki properti yang tersebar di penjuru dunia, dengan nilai jutaan dollar.
India berani memutuskan untuk mencabut kewarganegaraan Zakir Naik dari India karena menebar kebencian. Lantas bagaimana dengan ulama kalian yang tercinta, Rizieq Shihab yang juga menebarkan kebencian, bahkan menyebut Ahok dengan sebutan yang tidak pantas diucapkan oleh ulama?
Bagaimana dengan si penghasut dan penghina Pancasila? Kapan pemerintah Indonesia mencabut kewarganegaraan Rizieq? Apakah Rizieq dilindungi? Kapan Indonesia bisa belajar dari India? Apakah Indonesia ingin memiliki duri dalam daging bernama Rizieq Shihab? Jujur saja, ini adalah kritik saya terhadap pemerintah Indonesia, yang terkesan tidak tegas mengusut tuntas kasus kriminal dari Rizieq Shihab.
Secara hakekat, manusia dilahirkan memiliki kewarganegaraan, tanpa terkecuali. Namun di dalam pencabutan paspor Zakir Naik, pemerintah India sangat tegas di dalam bertindak. Maka tidak berlebihan jika kita berkesimpulan bahwa Zakir Naik sudah tidak dianggap manusia lagi oleh pemerintah India. Lucunya, masih ada orang-orang Indonesia, khususnya para laskar yang membela Zakir Naik sebagai ulama. Segala sesuatu dimulai dengan baik, namun turun level sampai ke tingkat terhina. Dari bela Tuhan, turun ke agama, ulama, ulama buronan, sampai ulama bukan manusia. Memalukan!
Semoga saja wapres JK yang pernah menyambut Zakir Naik, memberikan klarifikasi mengenai sambutan baiknya dengan ulama yang merupakan buronan. Ternyata Ernest yang dianggap ‘ngenest’ benar dalam hal ini. Bagaimana mungkin seorang wapres dapat bertemu dan menyambut baik ulama yang menyebarkan ajaran radikal? Bola panas saya serahkan kepada Jusuf Kalla.
Akhir kata, rasanya Indonesia memang harus belajar dari negara berkembang, India untuk penanggulangan aksi dan potensi terorisme. Saya rasa cukup sudah Indonesia bermain-main dengan keberadaan Rizieq Shihab. Jika pemerintah mendiamkan Rizieq, bisa saja Rizieq sedang menjadi orang yang menebarkan pemikiran radikal di Arab, dan kembali benar-benar dengan semangat revolusi putihnya. Jangan remehkan pemikiran orang bodoh, karena jika bodoh dan banyak, mereka pun bisa mengubah dunia.
Betul kan yang saya katakan?
0 Response to "Semua Manusia Punya Kewarganegaraan, Paspor Zakir Naik Dicabut, Artinya…"
Posting Komentar